Banyak orang beranggapan bahwa tradisional dan modern adalah dua hal yang saling berlawanan. Hal tersebut kemudian memicu anggapan bahwa tradisional adalah hal-hal yang berbau kuno dan tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, sedangkan modern mengacu kepada sifat-sifat yang terbarukan (up to date) dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, maka yang tradisional dianggap akan tergilas dengan yang modern. Pada kasus perkembangan seni, banyak orang menganggap bahwa kesenian tradisional akan kalah dengan kesenian modern karena kesenian modern dianggap lebih mampu dalam hal memuaskan jiwa atau batin masyarakat. Kesenian modern diartikan sebagai seni yang lahir mengikuti gerak zaman dan selalu kontemporer (terbarukan).
Anggapan di atas tentu saja bisa benar dan bisa pula
salah. Menjadi benar jika kita melihat realitas di lapangan bahwa
sebagian besar kesenian yang lahir pada masa lalu dan dianggap sebagai
seni tradisional, sebagian telah mengalami kekurangan pendukung,
sehingga ada kekhawatiran akan mengalami kepunahan. Sementara di sisi
lain, generasi yang lahir belakangan telah melahirkan kesenian baru yang
sama sekali berbeda dengan kesenian sebelumnya, dan memiliki pendukung
yang jauh lebih banyak dan lebih eksis. Kondisi semacam itu oleh
sebagian kalangan dianggap mengkhawatirkan, karena jika pendukung
kesenian tradisional terus mengalami kemerosotan maka kesenian tersebut
betul-betul akan punah ditelan zaman.
Maka dari itu tidak ada salahnya jika kita menggalang dukungan untuk kesenian tradisional melalui media internet. Dengan demikian akan banyak masyarakat kita yang akan tergugah dan mulai membantu untuk melestarikan kesenian tradisional. Akan banyak inovasi dari mereka untuk membantu kemajuan kesenian tradisional. Secara perlahan kesenian tradisional kita akan mengalami kemajuan yang sangat signifikan.
Selain untuk menggalang pendukung kita juga bisa memanfaatkan internet sebagai referensi kita untuk memberi pernak pernik pada kesenian tradisional agar jauh dari kesan kuno dan tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan anggapan kesenian tradisional kalah dengan kesenian modern akan terbantahkan.
Di lain sisi adanya internet tersebut bisa kita manfaatkan untuk mengambil informasi dari luar daerah kita dan menggabungkannya dengan kesenian kita, agar bisa terus memperbaharui kesenian kita dan menghindarkannya dari kesan monoton. Dengan demikian masyarakat kita tidak akan bosan - bosannya melihat atau menonton kesenian tradisional kita. Alhasil kesenian tradisioal kita akan tetap eksis di dunia hiburan indonesia tidak akan kalah dengan kesenian modern.
Memang internet bisa sangat membantu untuk mempertahankan eksistensi kesenian tradisional seperti yang telah saya sampaikan di atas, tapi internet juga bisa saja mematikan eksistensi kesenian tradisional kita, karena adanya internet merupakan jalan masuknya kesenian modern yang datang dari luar dan kita tidak akan bisa membendung itu semua.
Kesenian tradisional bukanlah benda mati yang statis, karena kesenian
adalah ekspresi dari para pelakunya yang dari waktu ke waktu juga
mengalami perubahan. Modernisasi yang ditandai dengan datangnya
gelombang globalisasi di satu sisi bisa menjadi ancaman bagi kelestarian
seni tradisional. Ketidakmampuan para seniman untuk melakukan adaptasi
terhadap situasi baru, serta surutnya para penggemar jenis kesenian
tersebut karena merasa telah memperoleh jenis hiburan baru yang lebih
praktis, lambat laun dapat menyurutkan keberadaan kesenian tradisional.
Untuk menjaga eksistensi kesenian tradisional dalam menghadapi arus
modernisasi, para pendukung dan pemangku kesenian tradisional justru
harus mampu memanfaatkan arus modernisasi tersebut untuk memodernkan
seni tradisional. Ambil contoh misalnya, seniman dari Gunung Kidul,
Yogyakarta, Manthous (alm.), merupakan salah seorang seniman yang
berhasil memanfaatkan arus modernisasi untuk mengangkat derajat kesenian
tradisional. Jenis music campur sari hasil ciptaannya saat ini mendunia
dan disukai oleh semua generasi, mulai dari anak-anak muda sampai orang
tua. Manthous (alm.) memanfaatkan, tepatnya mengawinkan alat-alat musik
tradisional gamelan dengan alat music modern, yaitu elekton. Hasilnya,
sebuah musik hybrid yang sangat nikmat untuk didengar oleh siapapun.
Janganlah kita diam dan membiarkan gelombang globalisasi menenggelamkan kesenian tradisional kita, justru sebaliknya kita harus bergerak dan memanfaatkan gelombang globalisasi untuk meningkatakan eksistensi kesenian tradisional kita agar anak cucu kita nanti bisa menikmati betapa mengagumkannya kesenian tradisional kita.
Sekian....!
Sumber referensi : KLIK DISINI
0 komentar:
Post a Comment